Satu
rapat penting dalam suatu negara berlangsung kemarin malam, dimulai dari pukul
tujuh sampai sebelas. Namun sayang, malam itu tidak ada kesempatan untuk
mengikuti perkembangan dan hasil rapat. Lalu apa yang perlu dilakukan untuk
mengetahui detail tentang rapat tersebut? Tak perlu repot meminta notulen rapat
pada notulis yang bersangkutan. Cukup dengan membaca koran keesokan harinya
atau menyaksikan liputan lewat layar kaca beberapa saat setelah rapat berakhir,
pertanyaan-pertanyaan mengenai hasl rapat bisa terjawab. Mudah, bukan?
Maka
beruntunglah kegiatan mengumpulkan,
menyidik, serta melaporkan berita yang terjadi kepada publik luas, atau
yang akrab disebut jurnalisme, memasyarakat.
Hasil bidang pekerjaan yang, katanya, independen ini dapat dinikmati oleh
hampir seluruh bagian, selama memiliki kemampuan membaca, mendengarkan, juga
analisis.
Sebuah
berita akan memberi manfaat jika kita mampu memilah mana fakta, berupa informasi yang
berasal dari peristiwa yang benar-benar terjadi, dan mana opini, yaitu pemikiran bersifat subjektif dari sudut pandang tertentu. Walaupun
kini batas antara fakta dan opini sedikit kabur, jika kemampuan analisis
pembaca baik maka tak akan ada kesalahpahaman dalam menerima isi berita.
Dan
bagaimana cara mengetahui apakah suatu hal dapat dikategorikan sebagai berita
atau tidak? Tentunya berita harus bersifat aktual,
berarti betul-betul ada dan tidak
dibuat-buat, juga akurat yang
artinya tepat dan teliti sehingga bisa
dipercaya, terutama dalam menyajikan detail penting dari sebuah berita.
Salah satu cara untuk mendapat keakuratan adalah dengan melakukan wawancara. Melakukan wawancara berarti melakukan tanya jawab dengan seseorang yang
diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.
Pemilihan narasumber—orang yang diwawancarai—harus sesuai dengan jenis
informasi apa yang ingin didapat. Oleh karena itu, persiapan menjelang wawancara
amatlah penting. Terutama unsur-unsur 5W+1H
yang memaksudkan inti sebuah berita
harus mencakup what (apa yang terjadi
sehingga perlu diberitakan), when
(kapan hal tersebut terjadi), where (di
mana peristiwa itu terjadi), who (siapa
saja yang terlibat), why (mengapa
sampai bisa terjadi), dan how (bagaimana
proses/runutan kejadian yang sebenarnya).
Maka
terbayangkah betapa sulitnya bekerja sebagai seorang wartawan yang ditugaskan mencari
dan menyusun berita untuk dimuat untuk khalayak luas? Seorang
wartawan pun dituntut untuk menjaga keobjektifitasannya atas sebuah berita,
atau biasa disebut cover both side. Wartawan juga seluruh pelaku dalam dunia
jurnalistik harus memetakan kedua belah
pihak sehingga tidak berat sebelah dalam pemberitaan karena masyarakat
menginginkan hal yang sebenarnya terjadi, tanpa rekayasa.
Karena
desakan akan kebutuhan berita itulah tidak disangsikan lagi hampir setiap hari
masyarakat menyempatkan diri untuk membaca, mendengarkan, atau menonton berita,
meskipun waktu para pembaca tidaklah lengang. Maka dari itu, pemberitaan
(terutama dalam bentuk media cetak) banyak dilakukan dengan struktur piramida terbalik agar dalam sekali
baca, summary fakta dan informasi
sudah bisa didapat. Dalam sistem ini, inti
informasi (yang mengandung 5W+1H) ditaruh di alinea/pemberitaan awal
sehingga keterangan dan data lain mengikuti sesudahnya. Hal ini berguna
untuk menjaga masyarakat agar tetap dapat mengetahui berita teranyar meski
waktu yang tersedia untuk konsumsi informasi tidaklah banyak.
Atau
mungkin ada yang sengaja menyediakan banyak waktu untuk membaca informasi
terkini? Tentu ada. Ada juga yang sengaja meluangkan waktu untuk membaca, namun
bukan membaca berita-berita dengan pembawaan berat. Pasti ada banyak pembaca
setia feature, yaitu tulisan khas
yang ringan dan bertujuan untuk memberikan informasi sekaligus menghibur
pembacanya. Meski tetap berasaskan pada 5W+1H, feature sedikit berbeda karena penulisannya yang lebih ekspresif
dan memberikan lebih banyak nilai serta makna dari berita yang diangkatnya.
Apapun
jenis tulisan yang dibaca, tentu harus ada informasi dan esensi yang bisa
didapat. Terutama karena tulisan tertentu merupakan hasil dari dedikasi proses
jurnalisme yang tidak bisa dikatakan mudah dan merupakan perjuangan independen
kalangan kritis yang, umumnya, dinamis. Maka jadilah bagian dari kaum
dinamisator, who are urging for better
things.
**
dari berbagai sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme
http://www.anneahira.com/pengertian-jurnalisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Berita
http://janganmales.wordpress.com/2013/06/27/istilah-istilah-di-dunia-jurnalistik/
http://jurnalistikpraktis.blogspot.com/2013/04/feature-karya-jurnalistik-yang-tetap.html
http://grahamediaschool.com/penulisan-berita-feature/
http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-fakta-dan-opini.html
https://ahmad42.wordpress.com/2008/06/17/jurnalistik-indonesia-menulis-berita-dan-feature/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar