Hal baik terjadi. Hal buruk tak bisa dihindari.
Mengenyahkan rasa kesal setelah hal kurang baik menimpa memang tak mudah:
ketika episode terakhir drama yang telah kamu ikuti sejak episode pertama ternyata mengecewakan;
hujan lebat menyapamu tepat di depan gerbang saat kamu mengira semua hal akan berjalan lancar;
uang kembalian yang kamu dapat dari kasir minimarket lusuh, sobek sana-sini;
kendaraan bermotor yang membunyikan klakson keras-keras dan ditujukan kepada kendaraan yang sedang kamu tumpangi;
orang-orang salah mengeja namamu;
makanan dalam kemasan yang sempat terlupakan, dan saat teringat ternyata telah melewati waktu kedaluwarsanya;
bentuk telur mata sapi buatanmu yang tak beraturan;
hingga seseorang yang masuk ke dalam kamarmu tanpa mengetuk pintu atau bersuara terlebih dahulu.
Tapi kamu bisa melakukannya.
Sebab masih banyak hal lain yang secara tak sadar membuatmu mengulum senyum:
ketika kamu bisa mendapatkan barang yang kamu butuhkan di minimarket, yang hanya tinggal tersisa satu;
penjaja makanan di pinggir jalan yang memberikan bonus tambahan ke dalam porsi pesananmu;
memasuki kamar yang sudah dalam keadaan rapi setelah beraktivitas di luar seharian;
menemukan bolpoin favorit yang kamu pikir telah lenyap tak jelas rimbanya;
melihat seorang lelaki setengah abad yang berada di dalam toko pernak-pernik serba merah muda untuk mencari ikat rambut bagi anak gadisnya;
menemukan selembar uang terselip di dalam saku celana jeans-mu;
mengetahui tim sepak bola kesukaanmu menang dengan skor terpaut jauh;
mempunyai seseorang, atau bahkan banyak orang, yang secara tulus ingin mendengar apa ceritamu hari ini.
Ada banyak lagi sebenarnya, yang tak mungkin aku sebutkan satu-persatu karena, ya, selalu ada batas untuk segala hal, bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar