Selasa, 11 Desember 2012

Monolog Satu: Survive-nya Remaja.


Mulanya, aku memang naif. Tidak bisa—atau lebih tepatnya tidak mau—mengakui kalau popularitas itu nyata keberadaannya. Namun seiring waktu berjalan, kini aku paham, bagaimana semua ini memang berjalan seperti seharusnya. Maksudku, ayolah, ada spasi besar yang membatasi antara mereka, yang menggenggam kepopuleran, dengan kami, yang hanya dapat melihat dari jauh bagaimana cara mereka menggenggam kepopuleran itu. Siapa yang tidak mau populer? Jangan harap akan ada yang mengacungkan tangan, atau berbaris paling depan untuk mengiyakan pertanyaan ini.
            Aku berpikir, apa yang bisa membedakan kami? Oke, pertama pastinya wajah. Catat itu. Terlalu munafik untuk tidak mengakui, kalau kamu bisa menjadi populer dengan wajah good-looking. Kedua? Cara bergaul. Itu pasti. Jangan harap kamu akan melihat seorang yang populer akan berjalan dengan wajah menunduk, atau makan bekal di siang dengan malu-malu. Ketiga? Entahlah. I have no idea. Keempat? Kelima? Keenam? Mungkin sebaiknya kusimpan semua angka itu dalam kotak, dan melemparnya sehingga aku tidak akan berpikir tentang hal bodoh semacam ini.
            Tapi—hey, ayolah. Aku baru menyadari kalau semua yang dilakukan oleh orang-orang—baik itu si populer atau bukan—adalah cara dia untuk tetap bertahan. Maksudku, ini semacam bentuk survive. Orang populer tidak akan bisa mengerti bagaimana cara bertahan di dalam ruang lingkup kesederhanaan, dan begitu juga sebaliknya. Orang yang tidak populer tidak akan mau menjadi populer. Oke, mungkin bukan ‘tidak mau’. Tapi ‘tidak akan bisa’.
            Pada dasarnya, semua orang ingin jadi populer. Ingin banyak dikenal, dan dianggap. Tapi tidak semua orang mampu bertahan dalam ruang lingkup seperti itu. Dan orang-orang yang tidak bisa bertahan itu bukanlah loser. Mereka punya cara sendiri untuk tetap bertahan—dan merasa nyaman.
            So, intinya kita sama. Kita—aku yang tidak populer, dan kamu yang iya—sama-sama punya cara tersendiri untuk bertahan dan dianggap. Intinya? Jadilah diri sendiri. Karena saat kamu jadi dirimu sendiri, kamu akan bisa 'terlihat' sebagaimana kamu apa adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar