Selasa, 11 Desember 2012

Original Fiction: The Matter


“Oh astaga…berapa lama gadis ini tidak makan? Kakinya benar-benar… Pinggangnya…” Suara kertas beradu terdengar seperti backsound saat kubolak-balik lembar demi lembar majalah di meja kantin.
“Lihatlah, El! Lihat gadis ini. Bagaimana bisa tulang rusuknya begitu jelas terlihat. Aih, menggelikan. Jatuhnya jadi tidak seksi.” Kugelengkan kepala. Prihatin dengan model di halaman terakhir majalah yang baru saja kulihat. Hanya demi sebuah photoshoot, dia rela menurunkan hampir seperempat berat badannya—menurut keterangan di dalam majalah itu—dan sekarang dia benar-benar terlihat seperti potongan tulang hidup.
“Bisakah berhenti membahas ukuran tubuh?” Elle terdengar sedikit menggeram.
Aku menoleh ke arahnya. Menatap Elle dengan tatapan ‘apa-maksudmu-bicara-begitu-?’ “Bukankah biasanya kau yang paling senang membicarakan tentang ‘kira-kira porsi makan model ini berapa kalori per hari, ya?’ atau ‘bagaimana cara model ini mendapatkan pakaian yang berukuran sangat amat tidak manusiawi ini’? Ada apa, El?”
“Aku…aku hanya tidak ingin membahasnya. Sedang tidak ingin, Audrey.”
Masih kutatap Elle. Begitu intens, hingga—mungkin—ia merasa jengah, dan balik menatapku. “Kau sedang dalam masa periodemu? Atau ada sesuatu yang membuat mood-mu tidak baik hari ini? Kau bisa ceritakan padaku.” Aku berdeham sebentar. “Sejak pagi kulihat kau menekuk wajah—dan jujur saja, itu membuatku ingin menyetrika wajahmu. Dan menambahkan pelembut di atasnya.”
Elle tidak bisa untuk tidak tersenyum. Sorot matanya seolah mengatakan sesuatu padaku. Namun sayangnya, aku sama sekali tidak mengerti.
“Katakan saja.” Ujarku pelan-pelan. Berusaha membaca ekspresinya yang terlalu absurd.
“Emh…begini. Oh Ya Tuhan, aku bingung akan memulai dari mana,” Elle menggelengkan kepalanya cepat. “Begini. Hngg. Jawab pertanyaanku dengan jujur, Drey.”
“Selagi kejujuran itu tidak menyakitkan, kupastikan aku berkata jujur.”
“Tidak, Audrey. Aku membutuhkan jawaban yang jujur. Sekalipun jawabanmu nanti akan semenyakitkan apapun itu, jujur, ya?” Pintanya.
Aku terpaksa mengangguk kecil. Jujur saja, aku bukan tipe orang frontal yang berani berkata blak-blakan. Walaupun aku juga bukan tipikal penjilat yang mengangkat slogan ‘apa-saja-asal-anda-senang’ tinggi-tinggi. Aku lebih senang menyesuaikan jawabanku dengan keadaan.
“Audrey, apakah aku……..” Elle  mengambangkan ucapannya. Membuatku ingin melempar sepatuku ke wajahnya saat itu juga.
“Kau…..apa?” Tanyaku tidak sabar.
“Apakah aku….gendut?”
Dan dapat kurasakan saat itu rotasi bumi berubah arah. Kehidupan manusia musnah, dan mammoth kembali hidup.

(Cerita 1)

2 komentar:

  1. nice story
    site my blog yaa..
    kita bisa saling belajar menulis
    http://mandaarea.blogspot.com

    BalasHapus