“Oh astaga…berapa lama gadis ini tidak makan? Kakinya
benar-benar… Pinggangnya…” Suara kertas beradu terdengar seperti backsound saat
kubolak-balik lembar demi lembar majalah di meja kantin.
“Lihatlah, El! Lihat gadis ini. Bagaimana bisa tulang
rusuknya begitu jelas terlihat. Aih, menggelikan. Jatuhnya jadi tidak seksi.”
Kugelengkan kepala. Prihatin dengan model di halaman terakhir majalah yang baru
saja kulihat. Hanya demi sebuah photoshoot, dia rela menurunkan hampir
seperempat berat badannya—menurut keterangan di dalam majalah itu—dan sekarang
dia benar-benar terlihat seperti potongan tulang hidup.
“Bisakah berhenti membahas ukuran tubuh?” Elle terdengar
sedikit menggeram.
Aku menoleh ke arahnya. Menatap Elle dengan tatapan
‘apa-maksudmu-bicara-begitu-?’ “Bukankah biasanya kau yang paling senang
membicarakan tentang ‘kira-kira porsi makan model ini berapa kalori per hari,
ya?’ atau ‘bagaimana cara model ini mendapatkan pakaian yang berukuran sangat
amat tidak manusiawi ini’? Ada apa, El?”
“Aku…aku hanya tidak ingin membahasnya. Sedang tidak ingin,
Audrey.”
Masih kutatap Elle. Begitu intens, hingga—mungkin—ia merasa
jengah, dan balik menatapku. “Kau sedang dalam masa periodemu? Atau ada sesuatu
yang membuat mood-mu tidak baik hari ini? Kau bisa ceritakan padaku.” Aku
berdeham sebentar. “Sejak pagi kulihat kau menekuk wajah—dan jujur saja, itu
membuatku ingin menyetrika wajahmu. Dan menambahkan pelembut di atasnya.”
Elle tidak bisa untuk tidak tersenyum. Sorot matanya seolah
mengatakan sesuatu padaku. Namun sayangnya, aku sama sekali tidak mengerti.
“Katakan saja.” Ujarku pelan-pelan. Berusaha membaca
ekspresinya yang terlalu absurd.
“Emh…begini. Oh Ya Tuhan, aku bingung akan memulai dari
mana,” Elle menggelengkan kepalanya cepat. “Begini. Hngg. Jawab pertanyaanku
dengan jujur, Drey.”
“Selagi kejujuran itu tidak menyakitkan, kupastikan aku
berkata jujur.”
“Tidak, Audrey. Aku membutuhkan jawaban yang jujur.
Sekalipun jawabanmu nanti akan semenyakitkan apapun itu, jujur, ya?” Pintanya.
Aku terpaksa mengangguk kecil. Jujur saja, aku bukan tipe
orang frontal yang berani berkata blak-blakan. Walaupun aku juga bukan tipikal
penjilat yang mengangkat slogan ‘apa-saja-asal-anda-senang’ tinggi-tinggi. Aku
lebih senang menyesuaikan jawabanku dengan keadaan.
“Audrey, apakah aku……..” Elle mengambangkan ucapannya. Membuatku ingin
melempar sepatuku ke wajahnya saat itu juga.
“Kau…..apa?” Tanyaku tidak sabar.
“Apakah aku….gendut?”
Dan dapat kurasakan saat itu rotasi bumi berubah arah.
Kehidupan manusia musnah, dan mammoth kembali hidup.
(Cerita 1)
nice story
BalasHapussite my blog yaa..
kita bisa saling belajar menulis
http://mandaarea.blogspot.com
terima kasih hihihi^__^
BalasHapus