Minggu, 22 Desember 2013

Resensi '1Q84 Jilid 1'

1Q84 Jilid 1


           

Judul                           : 1Q84 Jilid 1
pengarang                    : Haruki Murakami
penerbit                       : PT Gramedia
tebal                            : 516 halaman
cetakan / tahun            : I / Mei2013
harga                           : 72.000 rupiah




Sekarang tahun 1Q84. Ini adalah dunia sejati, tak ada keraguan dalam hal itu. Tapi di dunia ini, ada dua bulan menggantung di langit. Di dunia ini, takdir dua manusia, Tengo dan Aomame berkelindan erat. Masing-masing dengan caranya sendiri, terlibat dalam sesuatu yang mengundang bahaya. Dan di dunia ini, tampaknya tak ada cara untuk menyelamatkan keduanya. Sesuatu yang dahsyat sedang bergerak.”



Sinopsis singkat:

            Terdiri atas 24 bab, Murakami memusatkan cerita pada dua manusia asal Jepang yang hidup di tahun 1984: Aomame dan Tengo.

Aomame adalah seorang wanita yang berada di akhir usia 20, dan Tengo merupakan lelaki di awal umur 30. Aomame dan Tengo adalah bentuk nyata dari kesendirian, juga kesepian. Keduanya sama-sama memiliki masa lalu tak menyenangkan, yang enggan mereka ingat. Masa lalu yang berkaitan dengan keluarga dan kebebasan.. Masa lalu yang membuat keduanya terhubung melalui benang merah tak kasatmata. Diawali sebuah ‘perkenalan’ kecil di sekolah dasar saat mereka berusia 10 tahun, ternyata perkenalan itu masih membekas di relung keduanya. Selama 20 tahun mereka saling merindu, namun tak bisa berdaya apa-apa.

Tetapi tanpa disadari, keganjilan yang tiba-tiba muncul pada dunia di mana Aomame dan Tengo tinggal membawa mereka kembali berada dalam jalur kereta yang sama. Jalur yang berbeda dari kehidupan sebelumnya, yang tidak dirasakan orang lain terkecuali mereka sendiri dan beberapa orang terpilih lainnya. Jalur yang membuat kesadaran dan logika jungkir balik. Jalur yang disebut Aomame dengan 1Q84. ‘Q’ yang melambangkan question mark, yang menandakan tanda tanya besar atas keanehan beruntun yang terjadi pada dunia tempatnya berada, di tahun 1984. Dan tanpa disadari, Tengo pun ternyata ambil bagian dalam keanehan tersebut. Membuat keduanya kembali harus bersua, demi meluruskan apa yang telah terjadi, pun mempersiapkan diri atas apa yang akan terjadi.

 

Judul yang unik, dan sampul yang menarik. Entah pengaruh nama Murakami yang tercetak pada cover atau memang sinopsis cerita yang cukup membuat penasaran, tanpa pikir panjang saya langsung tarik novel ini dari rak dan memutuskan untuk membacanya.

Haruki Murakami tidak pernah berhenti menyihir dengan sastra, dan sejarah. Kebudayaan Jepang yang ada pada tiap kelim frasanya selalu mampu membuat siapa saja yang membacanya terhanyut, meski pada awalnya tak setitikpun menaruh atensi pada negara di bagian Asia Timur ini. Deskripsi yang luar biasa, dan runutan rapi setiap peristiwa dapat dengan mudah menenggelamkan pembaca dalam arus cerita.

Banyak pelajaran, sejarah, informasi, dan hal-hal baru yang dapat diketahui seusai membaca ‘1Q84 Jilid 1’ ini. Terutama yang berhubungan dengan sejarah dan Jepang. Selain itu, bahasa Murakami selalu mengalir, dan perumpamaan yang digunakannya selalu tepat. Kemandirian dan kerja keras yang dilakukan oleh tokoh-tokoh utama akan membuat siapa saja yang membaca berpikir, ‘Iya ya, kalau aku begini, kenapa tidak melakukan ini...’ dan—percaya atau tidak—akan membuatmu melihat agama dari sisi yang lain. Melalui 1Q84 dapat ditangkap kalau kita menganut agama, itu bukan karena apa yang dijanjikan agama tersebut. Tapi karena kepercayaan, dan kesesuaian hati kita terhadap ajaran yang diberikan.

            Namun sayang sekali, saya kurang bisa merasakan emosi yang disalurkan para tokoh ketika mereka bercakap. Mungkin karena watak tiap tokoh dalam cerita ini memang tidak terlalu pandai mengekspresikan perasaannya, sehingga yang bisa saya tangkap kebanyakan hanya gerakan-gerakan fisik yang kurang sempurna mewakili perkataan mereka.

            Selebihnya, keseluruhan isi buku lebih dari sekadar ‘bagus’. Salah satu karya yang sangat-amat direkomendasikan untuk dibaca. Karena seperti tadi dikatakan, membaca ‘1Q84 Jilid 1’ bukan hanya membaca fiksi, namun sekaligus non-fiksi dan buku pelajaran sejarah. Atau bisa jadi ensiklopedia juga. Kebaikan apa yang kita bisa kita dapat dari buku ini, bergantung dari apa tujuan kita membacanya. Sesuai dengan ungkapan Aristoteles yang dikutip salah seorang tokoh, Komatsu, pada halaman 285 baris ke-27:

“segala kesenian dan segala penelitian, serta segala tindakan dan segala ikhtiar, dimaksudkan bertujuan untuk mencapai kebaikan. Oleh karena itu, benarlah apabila kebaikan dicanangkan sebagai tujuan dari segalanya.”

            Selain itu, sudah dipastikan hal pertama yang ingin dilakukan setelah membaca ‘1Q84 Jilid 1’ adalah membeli ‘1Q84 Jilid 2’, secepat mungkin.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar