Jumat, 21 Oktober 2016

Tentang Takut

Ketika satu hari ketakutan itu datang, beriringanlah ia dengan sebaris pertanyaan.

Apa yang ditakutkan?

Setiap alasan berujung lancip. Seluruhnya terasa pagan. Semuanya melumpuhkan pesat logika.

Semula, ini tentang kenangan yang melinting hari-hari terdahulu.

Maka aku takut ketika kamu masih dengan baik mengingat tiap kelim seluruh memori. Meskipun tak ada yang berdigdaya hingga akhir selain Allah, kenangan lah yang terus bertahan sampai kamu memang tak lagi mampu mengaisnya.

Kemudian tentang jejak yang masih tertinggal. Atau sengaja ditinggalkan, karena dulu kamu pikir kenangan itu masih dapat dirajut. Masih bisa disambung. Walau kenyataannya tidak.

Maka aku ragu, perlukah aku mencucuh jejak yang sama? Akankah terasa sama? Mampukah menghapus jejak yang telah dibuat sebelumnya?
Dan rasa mengguruhkan bantahan. Jejak lama itu seluruhnya menentang hukum alam. Mereka tak makin aus ketika dihablur waktu. Membuat perasaan takut, sebab kamu akan kembali mengegah di tiap jejak itu, terasa wajar.

Satu lagi, perkara ujung jemari milik dirinya yang mampu menelusuri sulur nalarmu dengan baik.

Maka aku lara, saat tahu dimensi waktunya denganmu berlipat kali milik kita. Bagaimana telah istimewa tempatnya dalam ceritamu. Bagaimana kesederhanaan figurnya yang mengagumkan. Bagaimana ia selalu membuatku merasa kecil. Kerap bergema ketidakyakinan atas diriku sendiri, begitu namanya disebut.

Percayalah, hal tersebut menyebalkan. Perasaan tersebut memuakkan.

Namun belakangan ini, aku paham satu hal. Semuanya karena hati kecil ini mulai berkata,
"Rasa takut itu, kau yang buat. Maka cuma kau juga yang bisa menghilangkannya."

Entah berapa ratus kali orang sekitar menyambit sedihmu dengan kata-kata penyemangat. Tak kenal berapa kali kamu membaca rentetan kata-kata mutiara dalam buku self-help. Semua itu, kamu sendirilah yang bisa menentukan: takut atau tidak.

Aku sendirilah yang bisa.

 ***

The ending, was not supposed to end just like that, actually.
But I'm already standing at the edge of my conscious stage; I'm way so sleepy zzzzZzzzzzZzzzzZZZ.

Minggu, 09 Oktober 2016

The Lie.



I just could care less about the fact that I'm just that drop-dead ugly whenever I'm crying. Dang ya, John Legend you're obviously lying by saying "even when you're crying you're beautiful too"
Er, wait. Or it's only referring to your wife, John? Okay, whatever. This post won't be given a 'Dear John' title too so I'll just pass it now.